KONTEKS SOSIAL HISTORIS DI TANAH PAPUA
Dalam membahas rekonstruksi sejarah sosial dan perkembangan umat Islam di pulau Papua, nampaknya penting untuk memahami latar belakang karakteristik wilayah dan penduduk di pulau Papua. Untuk itu, Bab II akan membahas beberapa hal, yakni kondisi umum wilayah, asal nama Papua, kepercayaan, keanekaragaman budaya, struktur masyarakat Papua, sistem kepemimpinan tradisional, maupun hubungan awal masyarakat Papua dengan bangsa-bangsa lainnya. Hal ini bertujuan untuk menggambarkan secara singkat karakteristik wilayah dengan setting sosial budaya yang khusus dan berbeda dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia.
A. Kondisi Geografis, Demografis dan Administrasi Pemerintahan di pulau Papua
Dengan luas sekitar 421.981 km2, pulau Papua berada di ujung timur dari wilayah Indonesia. Kondisi geografis yang bervariasi ini mempengaruhi kondisi penyebaran penduduk yang tidak merata. Pada tahun 1990 penduduk di pulau Papua berjumlah 1.648.708 jiwa dan meningkat menjadi sekitar 2,8 juta jiwa pada tahun 2006.
Dalam konteks administrasi pemerintahan, sejak tahun 1969 hingga 1999, di pulau Papua terdapat satu (1) provinsi, yakni provinsi Irian Jaya, dimana pada tahun 2001 berubah menjadi provinsi Papua. Dengan demikian, sejak tahun 2003 di pulau Papua terdapat dua (2) provinsi, yakni Provinsi Irian Jaya Barat dan Provinsi Papua.
Tabel. 1. Pembagian Administrasi Pemerintahan di Provinsi Papua
No. | Provinsi/Kabupaten | Luas wilayah | Jumlah penduduk |
1. | Kota Jayapura | 940 | 200.360 |
2. | Kabupaten Jayapura | 15 309 | 91.990 |
3. | Kabupaten Sarmi | 25 902 | 44.180 |
4. | Kabupaten Keerom | 9 365 | 37.927 |
5. | Kabupaten Pegunungan Bintang | 16 908 | 137.260 |
6. | Kabupaten Merauke | 43 979 | 155.783 |
7. | Kabupaten Asmat | 18 976 | 62.002 |
8. | Kabupaten Boven Digoel | 28 471 | 31.443 |
9. | Kabupaten Mappi | 27 632 | 66.228 |
10. | Kabupaten Jayawijaya | 12 680 | 210.654 |
11. | Kabupaten Tolikara | 8 816 | 88.529 |
12. | Kabupaten Puncak Jaya | 10 852 | 111.711 |
13. | Kabupaten Yahukimo | 15 771 | 62.002 |
14. | Kabupaten Panilla | 14 215 | 112.881 |
15. | Kabupaten Nabire | 16 312 | 161.519 |
16. | Kabupaten Biak Numfor | 2 360 | 99.798 |
17. | Kabupaten Yapen Waropen | 3 131 | 70.744 |
18. | Kabupaten Waropen | 24 628 | 21.647 |
19. | Kabupaten Supiori | 775 | 12.709 |
20. | Kabupaten Mamberamo Raya | - | - |
21 | Kabupaten Mimika | 20 040 | 126.430 |
Sumber: BPS Provinsi Papua, Papua Dalam Angka Tahun 2006
Dalam perkembangannya, tuntutan dari sebagian penduduk Papua untuk memekarkan provinsi Papua menjadi beberapa provinsi Papua semakin marak. Provinsi-provinsi baru tersebut antara lain provinsi Papua Selatan, provinsi Teluk Cenderawasih, provinsi Pegunungan Tengah, maupun provinsi Papua Tengah.
Sedangkan Provinsi Papua Barat terdiri dari 8 (delapan) Kabupaten dan 1 (satu) Kota. Di wilayah Papua Barat, populasi umat Islam, baik yang pendatang maupun pribumi banyak tersebar di kawaan perkotaan dan perdesaan.
Tabel. 2. Pembagian Administrasi Pemerintahan, Luas Wilayah, dan Jumlah Penduduk di Provinsi Papua Barat Tahun 2006
No. | Kabupaten | Luas (km2) | Jumlah penduduk |
1. | Kabupaten Manokwari | 14.448 | 166.322 |
2. | Kabupaten Teluk Wondama | 4.996 | 22.293 |
3. | Kabupaten Teluk Bintuni | 18.658 | 51.783 |
4. | Kabupaten Kaimana | 18.500 | 40.550 |
5. | Kabupaten Fakfak | 14.320 | 64.380 |
6. | Kabupaten Sorong | 18.170 | 95.061 |
7. | Kabupaten Sorong Selatan | 29.811 | 59.240 |
8. | Kabupaten Raja Ampat | 6.084 | 39.870 |
9. | Kota Sorong | 1.105 | 162.703 |
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, Papua Barat Dalam Angka 2007.
B. Asal Nama Papua
Nama Papua juga memiliki makna dalam bahasa Tidore dan Ternate. Dalam cerita lisan yang berkembang di pulau Papua bahwa nama “Papua“ itu berasal dari bahasa Tidore, yang diartikan sebagai “rambut keriting” sebagaima juga bahasa Melayu pua pua berarti keriting. Wilayah tanah besar beserta pulau-pulaunya oleh Kesultanan Tidore disebut dengan nama Papo Ua yang berarti tidak bergabung atau tidak bersatu, tidak bergandengan (not integrated). Maksudnya bahwa wilayah luas dan tanah besar ini tidak termasuk ke dalam Kesultanan Tidore atau induk kesultanan Tidore.
C. Struktur Masyarakat Papua
Untuk memahami kultur penduduk Papua, khususnya untuk penduduk pribumi Papua, analisis sosial perlu ditujukan pada kondisi persebaran penduduk ke dalam dua hingga empat kelompok-kelompok, atau kelompok geografi atau kawasan yang mencerminkan lokasi tempat tinggal, aktifitas ekonomi, kehidupan sosial dan budaya.
Jika dilihat dari karakteristik budaya, mata pencaharian dan pola kehidupannya, penduduk asli Papua itu dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu: (1) Papua pegunungan/pedalaman, dataran tinggi, dan (2) Papua dataran rendah dan pesisir. Pembagian ini dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan jenis dan parameter tertentu, seperti tipe pemukiman, jenis mata pencaharian, kesamaan pola budaya dan adat istiadat.
D. Sistem Kepemimpinan Tradisional
Demikian pula dalam konteks kepemimpinan di pulau Papua, terdapat karakteristik dari sistem kepemimpinan tradisional. Mansoben membagi ke dalam 4 (empat) tipologi. Pertama, sistem kepemimpinan pria berwibawa Tipologi ini terdapat di orang Muyu, orang Ngalum, orang Dani, orang Asmat, orang Mek, dan orang Meibrat. Kedua, sistem kepemimpin raja Masyarakat tipe ini terdapat di Kepulauan Raja Ampat, daerah semenanjung Onin (Fakfak) dan di daerah Kaimana. Ketiga, sistem kepemimpinan yang menganut sistem kepemimpinan kepala klen. Tipologi ini terdapat di Teluk Jayapura, dimana ditempati oleh orang-orang Tobati, Enggros, Kayubatu, Nafri, Sentani, dan Genyem. Keempat, sistem kepemimpinan yang bersifat campuran antara tipe kepemimpinan pria berwibawa, tipe raja, dan tipe kepala klen. Tipologi seperti ini terdapat di masyarakat yang mendiami pantai Teluk Cendrawasih seperti di Biak dan Serui maupun di pantai utara Kepala Burung.
E. Pluralitas Budaya
Menurut mapping yang dilakukan Bappenas tahun 2005, penduduk asli Papua terdiri dari beragam etnis yang sudah teridentifikasi sebanyak 57 kelompok etnik serta hidup secara berkelompok dalam unit-unit kecil yang memiliki 252 adat, budaya dan bahasa tersendiri yang sangat dihormati oleh masyarakat. Bila kita perhatikan ikhtisar di atas dan bahan-bahan visual yang ada pada kita, maka tampaklah bahwa ciri-ciri ras yang ada pada penduduk Irian Barat ialah ciri-ciri ras Australoid, Weddoid, Negroid/Negritoid, Melanesoid dan sejumlah kecil ras Mongolid.
F. Kepercayaan
Pola kepercayaan agama tradisional masyarakat Papua menyatu dan menyerap segala aspek kehidupan. Pandangan dunia bagi masyarakat tradisionil Papua sebelum tersentuh agama samawi, terbagi dalam dua bagian, yakni :
1. Bagian-bagian empiris, yang menyangkut lingkungan alam, sumber-sumber ekonomi, dunia binatang dan dunia manusia. Singkatnya segala sesuatu yang dapat disentuh dan dapat dilihat.
2. Bagian-bagian non empiris, yang mencakup adanya roh-roh, kekuatan ilmu-ilmu gaib tak berkepribadian, dan kadang-kadang totem-totem.
G. Hubungan Masyarakat Papua dengan Bangsa-Bangsa Lain
Kontak awal masyarakat Papua dengan pihak luar atau bangsa-bangsa asing, baik di Nusantara maupun bangsa-bangsa asing lainnya. Interaksi-interaksi memiliki berbagai macam motif, baik ekonomi perdagangan, kekuasaan wilayah, penyebaran agama, maupun hubungan budaya secara tradisional. Kontak awal dengan bangsa India pada abad VII, hubungan dengan bangsa Cina dengan perantaraan Kerajaan Sriwijaya pada abad VII, hubungan dengan Kerajaan Majapahitpada abad XIV, hubungan dengan Kerajaan Bacan, Ternate dan Tidore pada abad XV-XIX, hubungan dengan Spanyol dan Portugis pada abad XVI, hubungan dengan Belanda pada abad XVII-XX, dan hubungan dengan Jepang (1938-1944).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar