Rabu, 17 Februari 2010

SEJARAH ISLAM DI PAPUA


KONTEKS SOSIAL HISTORIS DI TANAH PAPUA
Dalam membahas rekonstruksi sejarah sosial dan perkembangan umat Islam di pulau Papua, nampaknya penting untuk memahami latar belakang karakteristik wilayah dan penduduk di pulau Papua. Untuk itu, Bab II akan membahas beberapa hal, yakni kondisi umum wilayah, asal nama Papua, kepercayaan, keanekaragaman budaya, struktur masyarakat Papua, sistem kepemimpinan tradisional, maupun hubungan awal masyarakat Papua dengan bangsa-bangsa lainnya. Hal ini bertujuan untuk menggambarkan secara singkat karakteristik wilayah dengan setting sosial budaya yang khusus dan berbeda dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia.

A.   Kondisi Geografis, Demografis dan Administrasi Pemerintahan di pulau   Papua
Dengan luas sekitar 421.981 km2, pulau Papua berada di ujung timur dari wilayah Indonesia. Kondisi geografis yang bervariasi ini mempengaruhi kondisi penyebaran penduduk yang tidak merata. Pada tahun 1990 penduduk di pulau Papua berjumlah 1.648.708 jiwa dan meningkat menjadi sekitar 2,8 juta jiwa pada tahun 2006.
Dalam konteks administrasi pemerintahan, sejak tahun 1969 hingga 1999, di pulau Papua terdapat satu (1) provinsi, yakni provinsi Irian Jaya, dimana pada tahun 2001 berubah menjadi provinsi Papua. Dengan demikian, sejak tahun 2003 di pulau Papua terdapat dua (2) provinsi, yakni Provinsi Irian Jaya Barat dan Provinsi Papua.
Tabel. 1. Pembagian Administrasi Pemerintahan di Provinsi Papua

No.
Provinsi/Kabupaten
Luas wilayah
Jumlah penduduk
1.
Kota Jayapura
940
200.360
2.
Kabupaten Jayapura
15 309
91.990
3.
Kabupaten Sarmi
25 902
44.180
4.
Kabupaten Keerom
9 365
37.927
5.
Kabupaten Pegunungan Bintang
16 908
137.260
6. 
Kabupaten Merauke
43 979
155.783
7.
Kabupaten Asmat
18 976
62.002
8.
Kabupaten Boven Digoel
28 471
31.443
9.
Kabupaten Mappi
27 632
66.228
10.
Kabupaten Jayawijaya
12 680
210.654
11.
Kabupaten Tolikara
8 816
88.529
12.
Kabupaten Puncak Jaya
10 852
111.711
13.
Kabupaten Yahukimo
15 771
62.002
14.
Kabupaten Panilla
14 215
112.881
15.
Kabupaten Nabire
16 312
161.519
16.
Kabupaten Biak Numfor
2 360
99.798
17.
Kabupaten Yapen Waropen
3 131
70.744
18.
Kabupaten Waropen
24 628
21.647
19.
Kabupaten Supiori
775
12.709
20.
Kabupaten Mamberamo Raya
-
-
21
Kabupaten Mimika
20 040
126.430
Sumber: BPS Provinsi Papua, Papua Dalam Angka Tahun 2006

Dalam perkembangannya, tuntutan dari sebagian penduduk Papua untuk memekarkan provinsi Papua menjadi beberapa provinsi Papua semakin marak. Provinsi-provinsi baru tersebut antara lain provinsi Papua Selatan, provinsi Teluk Cenderawasih, provinsi Pegunungan Tengah, maupun provinsi Papua Tengah.
Sedangkan Provinsi Papua Barat terdiri dari 8 (delapan) Kabupaten dan 1 (satu) Kota. Di wilayah Papua Barat, populasi umat Islam, baik yang pendatang maupun pribumi banyak tersebar di kawaan perkotaan dan perdesaan.

Tabel. 2. Pembagian Administrasi Pemerintahan, Luas Wilayah, dan Jumlah Penduduk di Provinsi Papua Barat Tahun 2006

No.
Kabupaten
Luas (km2)
Jumlah penduduk
1.
Kabupaten Manokwari
14.448
166.322
2.
Kabupaten Teluk Wondama
4.996
22.293
3.
Kabupaten Teluk Bintuni
18.658
51.783
4.
Kabupaten Kaimana
18.500
40.550
5.
Kabupaten Fakfak
14.320
64.380
6.
Kabupaten Sorong
18.170

95.061
7.
Kabupaten Sorong Selatan
29.811
59.240
8.
Kabupaten Raja Ampat
6.084
39.870
9.
Kota Sorong
1.105
162.703
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, Papua Barat Dalam Angka 2007.

B.   Asal Nama Papua
Nama Papua juga memiliki makna dalam bahasa Tidore dan Ternate. Dalam cerita lisan yang berkembang di pulau Papua bahwa nama “Papua“ itu berasal dari bahasa Tidore, yang diartikan sebagai “rambut keriting” sebagaima juga bahasa Melayu pua pua berarti keriting. Wilayah tanah besar beserta pulau-pulaunya oleh Kesultanan Tidore disebut dengan nama Papo Ua yang berarti tidak bergabung atau tidak bersatu, tidak bergandengan (not integrated). Maksudnya bahwa wilayah luas dan tanah besar ini tidak termasuk ke dalam Kesultanan Tidore atau induk kesultanan Tidore.

C.   Struktur Masyarakat Papua
Untuk memahami kultur penduduk Papua, khususnya untuk penduduk pribumi Papua, analisis sosial perlu ditujukan pada kondisi persebaran penduduk ke dalam dua hingga empat kelompok-kelompok, atau kelompok geografi atau kawasan yang mencerminkan lokasi tempat tinggal, aktifitas ekonomi, kehidupan sosial dan budaya.
Jika dilihat dari karakteristik budaya, mata pencaharian dan pola kehidupannya, penduduk asli Papua itu dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu: (1) Papua pegunungan/pedalaman, dataran tinggi, dan (2) Papua dataran rendah dan pesisir. Pembagian ini dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan jenis dan parameter tertentu, seperti tipe pemukiman, jenis mata pencaharian, kesamaan pola budaya dan adat istiadat.


D.   Sistem Kepemimpinan Tradisional
Demikian pula dalam konteks kepemimpinan di pulau Papua, terdapat karakteristik dari sistem kepemimpinan tradisional. Mansoben membagi ke dalam 4 (empat) tipologi. Pertama, sistem kepemimpinan pria berwibawa Tipologi ini terdapat di orang Muyu, orang Ngalum, orang Dani, orang Asmat, orang Mek, dan orang Meibrat. Kedua, sistem kepemimpin raja Masyarakat tipe ini terdapat di Kepulauan Raja Ampat, daerah semenanjung Onin (Fakfak) dan di daerah Kaimana. Ketiga, sistem kepemimpinan yang menganut sistem kepemimpinan kepala klen. Tipologi ini terdapat di Teluk Jayapura, dimana ditempati oleh orang-orang Tobati, Enggros, Kayubatu, Nafri, Sentani, dan Genyem. Keempat, sistem kepemimpinan yang bersifat campuran antara tipe kepemimpinan pria berwibawa, tipe raja, dan tipe kepala klen. Tipologi seperti ini terdapat di masyarakat yang mendiami pantai Teluk Cendrawasih seperti di Biak dan Serui maupun di pantai utara Kepala Burung. 

E.   Pluralitas Budaya
Menurut mapping yang dilakukan Bappenas tahun 2005, penduduk asli Papua terdiri dari beragam etnis yang sudah teridentifikasi  sebanyak 57 kelompok etnik serta hidup secara berkelompok dalam unit-unit kecil yang memiliki 252 adat, budaya dan bahasa tersendiri yang sangat dihormati oleh masyarakat. Bila kita perhatikan ikhtisar di atas dan bahan-bahan visual yang ada pada kita, maka tampaklah bahwa ciri-ciri ras yang ada pada penduduk Irian Barat ialah ciri-ciri ras Australoid, Weddoid, Negroid/Negritoid, Melanesoid dan sejumlah kecil ras Mongolid.
F.    Kepercayaan
Pola kepercayaan agama tradisional masyarakat Papua menyatu dan menyerap segala aspek kehidupan. Pandangan dunia bagi masyarakat tradisionil Papua sebelum tersentuh agama samawi, terbagi dalam dua bagian, yakni :
1.    Bagian-bagian empiris, yang menyangkut lingkungan alam, sumber-sumber ekonomi, dunia binatang dan dunia manusia. Singkatnya segala sesuatu yang dapat disentuh dan dapat dilihat.
2.    Bagian-bagian non empiris, yang mencakup adanya roh-roh, kekuatan ilmu-ilmu gaib tak berkepribadian, dan kadang-kadang totem-totem.
G.  Hubungan Masyarakat Papua dengan Bangsa-Bangsa Lain
 Kontak awal masyarakat Papua dengan pihak luar atau bangsa-bangsa asing, baik di Nusantara maupun bangsa-bangsa asing lainnya. Interaksi-interaksi memiliki berbagai macam motif, baik ekonomi perdagangan, kekuasaan wilayah, penyebaran agama, maupun hubungan budaya secara tradisional. Kontak awal dengan bangsa India pada abad VII, hubungan dengan bangsa Cina dengan perantaraan Kerajaan Sriwijaya pada abad VII, hubungan dengan Kerajaan  Majapahitpada abad XIV, hubungan dengan Kerajaan Bacan, Ternate dan Tidore pada abad XV-XIX, hubungan dengan Spanyol dan Portugis pada abad XVI, hubungan dengan Belanda pada abad XVII-XX, dan hubungan dengan Jepang (1938-1944).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar